Strukturalisme Dakwah dalam Rangka Meningkatkan Kecerdasan Beragama di Tengah Masyarakat


 

Oleh, M. Luthfi,
Mahasiswa Pascasarjana Universitas Islam Negeri (UIN) Sjech M. Djamil Djambek Bukittinggi

Pendekatan strukturalisme dalam meningkatkan kecerdasan beragama di tengah masyarakat menekankan pentingnya memahami struktur sosial yang memengaruhi cara individu dan kelompok dalam mengamalkan dan memahami agama.

Strukturalisme berfokus pada pola-pola hubungan sosial, norma, dan nilai yang membentuk kerangka berpikir dan perilaku beragama masyarakat.

Dengan memahami struktur ini, kita dapat melihat bagaimana faktor-faktor sosial berperan dalam membentuk kecerdasan beragama yang lebih baik.
Struktur sosial yang ada di masyarakat seringkali membentuk kerangka bagaimana agama dipahami dan diamalkan.

Misalnya, pola interaksi antara tokoh agama, pemerintah, dan masyarakat biasa membentuk wacana keagamaan yang dominan. Pendekatan strukturalisme memungkinkan kita menganalisis siapa saja aktor yang berperan dalam penyebaran pengetahuan agama dan bagaimana mereka memengaruhi kualitas pemahaman beragama.

Kecerdasan beragama bukan hanya soal pengetahuan tekstual, tetapi juga bagaimana pengetahuan itu diinternalisasi dan diaplikasikan dalam kehidupan sosial. Struktur sosial seperti keluarga, sekolah, komunitas keagamaan, dan media memiliki peran strategis dalam membentuk cara pandang dan sikap seseorang terhadap ajaran agama. Dengan pendekatan strukturalisme, program-program peningkatan kecerdasan beragama dapat dirancang dengan memperhatikan posisi dan peran setiap elemen dalam struktur sosial tersebut.

Dalam konteks ini, peran institusi pendidikan dan lembaga keagamaan sangat krusial. Mereka merupakan bagian dari struktur yang memengaruhi cara masyarakat memahami agama. Melalui pendekatan strukturalisme, kita dapat mengidentifikasi hambatan struktural, seperti akses pendidikan agama yang tidak merata atau dominasi interpretasi tertentu yang membatasi ruang dialog dan pemahaman yang lebih luas.

Selain itu, pendekatan ini juga mengajak kita untuk melihat bagaimana struktur sosial dapat menjadi penghalang atau pendorong dalam pengembangan kecerdasan beragama. Misalnya, adanya hierarki sosial dan kekuasaan dalam komunitas keagamaan bisa membuat pemahaman tertentu lebih dominan dan sulit untuk dikritisi. Oleh karena itu, strategi peningkatan kecerdasan beragama harus mempertimbangkan dinamika kekuasaan dan posisi sosial dalam masyarakat.

Pendekatan strukturalisme mendorong adanya perubahan sistemik dan holistik dalam masyarakat. Meningkatkan kecerdasan beragama tidak cukup hanya dengan memberikan materi ajar yang baik, tetapi juga harus membangun struktur sosial yang mendukung kebebasan berpendapat, toleransi, dan keterbukaan terhadap perbedaan interpretasi agama. Ini termasuk membentuk hubungan yang sehat antar berbagai kelompok sosial.

Dengan menggunakan pendekatan strukturalisme, program kecerdasan beragama dapat diarahkan untuk memperkuat jaringan sosial yang positif dan inklusif. Misalnya, membangun forum diskusi lintas komunitas yang memungkinkan interaksi antar kelompok dengan latar belakang keagamaan yang berbeda. Hal ini akan membuka ruang pemahaman yang lebih luas dan mencegah sikap eksklusif yang bisa merusak harmoni sosial.

Pendekatan ini juga membantu kita memahami pentingnya konteks lokal dalam pengembangan kecerdasan beragama. Struktur sosial di satu daerah bisa berbeda dengan daerah lain, sehingga pendekatan yang seragam tidak selalu efektif. Pendekatan strukturalisme mengajarkan kita untuk melihat secara mendalam pola-pola sosial dan budaya yang spesifik sehingga program kecerdasan beragama bisa lebih relevan dan menyentuh kehidupan masyarakat.

Di tengah tantangan modernisasi dan globalisasi, pendekatan strukturalisme dapat membantu mengantisipasi perubahan sosial yang cepat dan dampaknya terhadap kecerdasan beragama masyarakat. Struktur sosial yang fleksibel dan adaptif akan lebih mampu menyerap nilai-nilai baru tanpa kehilangan jati diri keagamaan. Oleh karena itu, peningkatan kecerdasan beragama perlu diintegrasikan dengan penguatan struktur sosial yang responsif terhadap perubahan.

Kesimpulannya, pendekatan strukturalisme dalam meningkatkan kecerdasan beragama di tengah masyarakat menuntut pemahaman yang mendalam terhadap hubungan antar elemen sosial, norma, dan nilai yang ada. Pendekatan ini menekankan perlunya perubahan yang terintegrasi dan sistemik, dengan memperhatikan dinamika kekuasaan dan posisi sosial, sehingga kecerdasan beragama tidak hanya menjadi pengetahuan teoretis, tetapi juga tercermin dalam praktik sosial yang harmonis dan inklusif. (***)

Berita Terkait

Top